Problem Statement: Research Objective (s)
& Research Questions
(Re-run Episode)
Jujur, saya sebenarnya mengalami
kejenuhan dalam menulis ulang tentang perumusan masalah penelitian (research
problem). Oleh karena, tulisan tentang tema ini pernah dipublikasi pada
jurnal Meditek (Kristaung, 1997). Nyaris mencapai seperempat abad lalu,
tepatnya, 24 tahun lalu. Dalam tulisan tersebut baru berfokusi pada dua acara dalam
merumuskan masalah peenlitian yaitu penghampiran (approach) hirarki dan situasi
problematik.
Sejalan dengan kematangan dari sisi
kajian literatur, pengajaran dan penelitian, maka teknik dalam membuat atau
merumuskan masalah penelitian ditambah menjadi dua, sehingga ada empat cara
dalam yang dapat dipilih atau dikombinasikan membuat atau merumuskannya, yang
akan dikutip ulang dalam Blog ini (Kristaung, 2011; Hermawan & Kristaung, 2014; Kristaung & Augustine, 2018). Ketiga buku ini secara esensi tidak ada perbedaan dari sisi metodologi,
tetapi berbeda dari contoh atau ilustrasi yang disesuaikan dengan bidang
keahlian mahasiswa yang diajarkan yaitu sistem dan manajemen informasi,
bisnis/manajemen dan akuntansi.
Berikut
ini, cuplikan tentang perumusan masalah penelitian yang dimaksud: Pertama
adalah penghampiran (approach) kesenjangan (gap) yang
merupakan penghampiran tertua dalam ilmu pengetahuan, khususnya untuk
kepentingan penelitian, dapat dikatakan sebagai paradigma dikotomi. Artinya
memandang realita dari dua kutub yang saling berlawanan secara berpasangan.
Konsep-konsep klasik yang kita kenal yaitu: baik vs buruk, pagi vs malam,
antagonis vs protogonis, dan seterusnya. Secara
praktis, pendekatan kesenjangan melihat antara apa yang ideal atau seharusnya
(normatif) dengan realita atau kenyataannya (praktek sehari-hari). Penghampiran
ini cukup populer dan sering dipakai sebagai cara yang ampuh dalam
mengidentifikasi masalah penelitian. Hanya saja kita harus mampu membedakan
mana yang gejala (simptom) dan mana yang merupakan masalah. Kesalahan dalam
merumuskan masalah yang sebenarnya adalah gejala sebagai masalah penelitian membuat
suatu penelitian menjadi tidak bermanfaat sama sekali.
Kedua
adalah penghampiran hirarki atau berjenjang. Pendekatan ini memiliki
landasan filosofis yang bagus, bahwa setiap perusahaan atau organisasi pasti
memiliki permasalahan (dilema). Permasalahan tersebut mulai dari masalah
operasional, keuangan, akuntansi, pemasaran, dan permasalahan ril lainnya yang
sedang dihadapi perusahaan. Kita hanya menyesuaikan dengan bidang dan peminatan
yang dikuasai. Namun harus diingat bahwa tidak semua masalah yang dihadapi oleh
perusahaan adalah layak diteliti (reseacrhable). Kalau masalah tersebut
bisa diselesaikan dengan keputusan manajemen seperti melakukan penggantian mesin
baru, memberikan pelatihan terhadap teknisi atau mekanik, maka tidak diperlukan
penelitian. Jadi kata kunci dalam pendekatan ini adalah apakah masalah
perusahaan tersebut reseacrhable atau tidak. Bila reseacrhable
maka perlu dilakukan penelitian yang sebenarnya.
Ketiga, penghampiran
situasi problematik. Pendekatan ini lebih bersifat akademis, dibandingkan
dengan dua pendekatan sebelumnya yang lebih bernuansa praksis. Pendekatan ini
untuk Indonesia dipelopori oleh John Ihalauw (2000), di mana posisi peneliti
bisa berada dalam berbagai situasi problematik, yaitu peneliti tidak tahu harus
memulai dari mana, kalau peneliti sudah memiliki sebuah gagasan penelitian
ternyata sang peneliti masih tertarik dengan gagasan penelitian lainnya.
Intinya setiap peneliti dalam melakukan perumusan masalah penelitian selalu berada
dalam situasi problematik.
Keempat, penghampiran berbasis jurnal,
Perumusan masalah penelitian berbasis jurnal semakin bisa diterima
oleh para peneliti. Apalagi kaidahnya berdasarkan kriteria keilmuan yang
universal yaitu suatu penelitian yang baik dan bisa direplikasi oleh peneliti
lain atau replicability (Sekaran & Bougie, 2016).
Penyusunan karya
ilmiah atau makalah ilmiah adalah suatu proses penalaran (reasoning),
perenungan (contempletion), dan pengamatan (observation) dari
pihak penulis atau peneliti dalam mengamati, memahami dan memperkirakan (prediction)
pada kondisi kekinian (current) dan masa mendatang (future).
Suatu karya ilmiah memiliki unsur pertanggungjawaban akademik atas apa yang
dikaji atau ditelaah.
Bekasi, 23
Maret 2021
Salam
Takzim
Referensi
Hermawan
A. & R. Kristaung, 2014., Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti.
Ihalauw, John, JOI, (2000). Bangunan Teori
Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Kristaung, R. (1997). Mengapa Sulit Membuat
Masalah Penelitian. Meditek, 5(11), Jakarta: Universitas Kristen
Krida Wacana.
Kristaung, R. (2011). Metodologi
Penelitian Sistem Informasi dan Manajemen Informatika, Jakarta: PT Mitra Wacana Media.
Kristaung, R. & Augustine, Y. (2018). Metodologi Penelitian
Bisnis dan Akuntansi, Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Sekaran, U., & Bougie, R.
(2016). Research Methods for Business: A Skill-Building Approach. Chichester,
West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.
KL, Msia, 24 Oktober 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar