Pengikut

Selasa, 23 Maret 2021

Problem Statement: Research Objective (s) & Research Questions

(Re-run Episode)

Jujur, saya sebenarnya mengalami kejenuhan dalam menulis ulang tentang perumusan masalah penelitian (research problem). Oleh karena, tulisan tentang tema ini pernah dipublikasi pada jurnal Meditek (Kristaung, 1997). Nyaris mencapai seperempat abad lalu, tepatnya, 24 tahun lalu. Dalam tulisan tersebut baru berfokusi pada dua acara dalam merumuskan masalah peenlitian yaitu penghampiran (approach) hirarki dan situasi problematik.

Sejalan dengan kematangan dari sisi kajian literatur, pengajaran dan penelitian, maka teknik dalam membuat atau merumuskan masalah penelitian ditambah menjadi dua, sehingga ada empat cara dalam yang dapat dipilih atau dikombinasikan membuat atau merumuskannya, yang akan dikutip ulang dalam Blog ini (Kristaung, 2011; Hermawan & Kristaung, 2014; Kristaung & Augustine, 2018). Ketiga buku ini secara esensi tidak ada perbedaan dari sisi metodologi, tetapi berbeda dari contoh atau ilustrasi yang disesuaikan dengan bidang keahlian mahasiswa yang diajarkan yaitu sistem dan manajemen informasi, bisnis/manajemen dan akuntansi.

Berikut ini, cuplikan tentang perumusan masalah penelitian yang dimaksud: Pertama adalah penghampiran (approach) kesenjangan (gap) yang merupakan penghampiran tertua dalam ilmu pengetahuan, khususnya untuk kepentingan penelitian, dapat dikatakan sebagai paradigma dikotomi. Artinya memandang realita dari dua kutub yang saling berlawanan secara berpasangan. Konsep-konsep klasik yang kita kenal yaitu: baik vs buruk, pagi vs malam, antagonis vs protogonis, dan seterusnya. Secara praktis, pendekatan kesenjangan melihat antara apa yang ideal atau seharusnya (normatif) dengan realita atau kenyataannya (praktek sehari-hari). Penghampiran ini cukup populer dan sering dipakai sebagai cara yang ampuh dalam mengidentifikasi masalah penelitian. Hanya saja kita harus mampu membedakan mana yang gejala (simptom) dan mana yang merupakan masalah. Kesalahan dalam merumuskan masalah yang sebenarnya adalah gejala sebagai masalah penelitian membuat suatu penelitian menjadi tidak bermanfaat sama sekali. 

Kedua adalah penghampiran hirarki atau berjenjang. Pendekatan ini memiliki landasan filosofis yang bagus, bahwa setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki permasalahan (dilema). Permasalahan tersebut mulai dari masalah operasional, keuangan, akuntansi, pemasaran, dan permasalahan ril lainnya yang sedang dihadapi perusahaan. Kita hanya menyesuaikan dengan bidang dan peminatan yang dikuasai. Namun harus diingat bahwa tidak semua masalah yang dihadapi oleh perusahaan adalah layak diteliti (reseacrhable). Kalau masalah tersebut bisa diselesaikan dengan keputusan manajemen seperti melakukan penggantian mesin baru, memberikan pelatihan terhadap teknisi atau mekanik, maka tidak diperlukan penelitian. Jadi kata kunci dalam pendekatan ini adalah apakah masalah perusahaan tersebut reseacrhable atau tidak. Bila reseacrhable maka perlu dilakukan penelitian yang sebenarnya. 

Ketiga, penghampiran situasi problematik. Pendekatan ini lebih bersifat akademis, dibandingkan dengan dua pendekatan sebelumnya yang lebih bernuansa praksis. Pendekatan ini untuk Indonesia dipelopori oleh John Ihalauw (2000), di mana posisi peneliti bisa berada dalam berbagai situasi problematik, yaitu peneliti tidak tahu harus memulai dari mana, kalau peneliti sudah memiliki sebuah gagasan penelitian ternyata sang peneliti masih tertarik dengan gagasan penelitian lainnya. Intinya setiap peneliti dalam melakukan perumusan masalah penelitian selalu berada dalam situasi problematik.

Keempat, penghampiran berbasis jurnal, Perumusan masalah penelitian berbasis jurnal semakin bisa diterima oleh para peneliti. Apalagi kaidahnya berdasarkan kriteria keilmuan yang universal yaitu suatu penelitian yang baik dan bisa direplikasi oleh peneliti lain atau replicability (Sekaran & Bougie, 2016).

Penyusunan karya ilmiah atau makalah ilmiah adalah suatu proses penalaran (reasoning), perenungan (contempletion), dan pengamatan (observation) dari pihak penulis atau peneliti dalam mengamati, memahami dan memperkirakan (prediction) pada kondisi kekinian (current) dan masa mendatang (future). Suatu karya ilmiah memiliki unsur pertanggungjawaban akademik atas apa yang dikaji atau ditelaah.

Bekasi, 23 Maret 2021

Salam Takzim

 

Referensi

Hermawan A. & R. Kristaung, 2014., Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti.

Ihalauw, John, JOI, (2000). Bangunan Teori Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Kristaung, R. (1997). Mengapa Sulit Membuat Masalah Penelitian. Meditek, 5(11), Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana.

Kristaung, R. (2011). Metodologi Penelitian Sistem Informasi dan Manajemen Informatika, Jakarta: PT Mitra Wacana Media.

Kristaung, R. & Augustine, Y. (2018). Metodologi Penelitian Bisnis dan Akuntansi, Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business: A Skill-Building Approach. Chichester, West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.

 

 


KL, Msia, 24 Oktober 2019

 

  

Tidak ada komentar: